Lelaki paroh baya itu melintas di hadapku. Sopan santunnya ala Indonesia masih sangat kental saat kami berpapasan di jalan. "Permisi mas, numpang lewat" katanya. Tetap tersenyum meski tampak kelelahan menenteng karung kumuh yang berisikan barang-barang bekas yang dikumpulkannya dari tempat sampah sekitar. Sejenak dari kami berpapasan aku membayangkan betapa beratnya kehidupan yang di tanggung bapak ini.
Sepanjang rel kereta mungkin ia sudah lalui, namun aku, membayangkan rel saja sudah pusing apalagi melaluinya dengan berjalan kaki. Dari sini aku belajar untuk menghargai hidup serta belajar bersyukur akan apa yang kumiliki. Panas terik mentari saat ini saja nyaris membakar tubuhku. Namun Bapak Pemulung itu sedikitpun tak merasakannya.
Inilah Wajah Negeriku yang tampak jelas di depan mataku. Wajah Bangsa korban dari kebijakan yang tidak berpihak. Korban dari pejabat rakus kekuasaan. Inilah wajahku, Wajah negeri yang kaya akan sumber daya, kaya dengan budaya, namun miskin di kehidupannya.
Sedikit aku mengutip pusi teman sebelah, kurang lebih berbunyi seperti ini :
inilah wajah negeriku , wajah penuh bopeng
wajah yang kusut dihiasi orang terlantar dan para gepeng
orang-orang miskin dan gelandangan tumpah ruah
para sarjana dan pengangguran semakin berlimpah
inilah wajah negeriku, negeri berwajah tikus
pejabat dan politikus menilap uang negara dengan rakus
siang dan malam selalu mengendus ngendus
berbuat zolim terhadap rakyat hingga kurus dan mampus
banyak rakyat yang terlantar tak terurus
Ini bukan dongeng, bukan pula lelucon. Realita potret kehidupan yang sangat jauh bertentangan dengan pernyataan Pemerintah yang menyebutkan angka kemiskinan di Indonesia menurun secara drastis. Yang ada semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pejabat koruptor yang masuk bui. Seharusnya pejabat di Republik ini bisa belajar dari masyarakat miskin.
"Biar pun penghasilan terbilang sangat kecil, tetapi pemulung dan anggota keluarga tetap mensyukuri rezeki itu, sebagai pemberian Sang Khalik kepada hambanya. Yang terpenting, rezeki diperoleh dengan cara halal dan mulia, tanpa harus mengemis dan mencuri harta benda milik orang lain". Jun M
0 komentar:
Posting Komentar