Top News

Top News
Prabu Update :

Merajut Senja di Ujung Sumatra

Selasa, 15 November 2011

Ilustrasi
Salam Bloger... apa kabar anda sekalian...?? Baik-baik saja bukan..? Harapan saya semoga baik-baik sayang. Hehehehe, ia tapi begitulah doa saya terhadap para teman sejati bloger. Kalaulah bukan dari anda sekalian, saya yakin blog yang anda kunjungi saat ini gak bakalan bisa sebaik sekarang. Namun begitupun masih banyak kekurangan disana-sini. Maklum terkadang waktu tidak mencukupi untuk memolesnya seperti Blog temen saya http://keprionline.blogspot.com. Beliau (empunya keprionline-red) sesungguhnya adalah sahabat dekat dan juga guru saya di dunia bloger.


"Apaaa, tak senang iya?"

Maaf, kalimat tersebut diatas hanya untuk guru saya tadi. Itu salam dan cara kami saling menyapa jika bertemu. Terlebih untuk rekan kami satu lagi yakni si Gendut alias Hengki Haipon (Pengusaha Sukses di Bumi Berazam). Amin.

Sudah sampai dimana tadi iya..? Rasanya agak bertele-tele dan gak jelas kemana arah tulisan ini. Oh ia.. ini adalah artikel saya yang ke 4 klo tidak salah, abisnya saya menulis gak pake online jadi main tebak aja dulu. Baiklah ada baiknya kita ke topik utama.

******************************************************

Tak terasa capeknya seharian menyetir mobil dari Bandar lampung ke Prabumulih kala melihat Matahari terbenam (Sunset) yang begitu indah di ujung Sumatra. Saya menyebutnya ujung Sumatra karena saya masih kurang paham lokasi disini. Maklum saya hanya sebatas melintas saja untuk melanjutkan perjalanan dari Jakarta ke Pekan Baru dan selanjutnya menuju Tanjungbalai Karimun. Senja kala itu sangat berbeda dengan senja yang biasa saya lihat kala mentari terbenam di ufuk barat. Luar biasa hingga mampu membuang rasa penat saya seharian menyetir mobil.

Melihat senja tersebut, kekaguman saya langsung tertuju pada sang penciptanya. Betapa Ia sungguh hebat menciptakan Sunset yang indah yang saat itu tidak bisa dinikmati semua manusia. Namun begitu Sunset bisa saja berada dimana. Mungkin kali ini saya bernasib baik maka hanya saya dan anda barangkali yang bisa melihatnya.  Perlahan senja itu meninggalkan saya. Azan Maghrib pun menggema untuk memanggil dan mengingatkan kaumnya menunaikan ibadah sholat Maghrib. 

Jujur saya masih ingin berlama-lama disini. ingin melihat kehadirannya esok pagi dari arah yang berbeda. Namun waktu yang sepertinya tidak memungkinkan karna perjalanan saya harus segera dilanjutkan. 

Dalam anganku tentang keindahannya, mataku menatap kosong kedepan seraya memeluk setir mobil. Dan sepintas mengingat puisi karya Chairil Anwar. Puisi tersebut menceritakan senja yang dipadukan dengan perasaan terhadap seseorang. Sebuah ungkapan cinta melalui puisi terhadap bidadari. Puisi tersebut berjudul "SENJA DI PELABUHAN KECIL" Ungkapannya begini.

"Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap"

Meski tidak satu katapun menyangkut dengan judul, namun bisa dipastikan puisi tersebut adalah sebuah ungkapan cinta terhadap seseorang. Namun yang kualami saat ini bukanlah demikian. Saya hanya terbayang wajah imut kedua anak saya. Papa merindukanmu sayang, seperti rinduku dengan "Senja di Ujung Sumatra". Jun M
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Posmetro Prabu 2010 -2011 | Design by Posmetro Prabu | Published by