Top News

Top News
Prabu Update :

Derita Pilu Desa Malasori Sumatera Utara

Senin, 19 Desember 2011


MALASORI, detifcom - Banjir, Jembatan rusak, jalan berlobang dan berlumpur, desa tertinggal, kumuh dan miskin menjadi ciri khas Desa Malasori Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Desa yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Sei Rampah dan Kota Tebing Tinggi ini dari tahun ke tahun tidak pernah merasakan yang namanya pembangunan baik dari Pemerintah maupun swasta. Namun begitu, warga tetap tabah dan tidak pernah cengeng mengemis hingga berunjuk rasa memekasa agar jalan dan jembatan atau pembangunan Irigasi untuk kawasan persawahan.

Mandiri, bisa dikatakan demikian sifat masyarakat disini. Bangunan irigasi yang sudah rusak dan tidak bisa di fungsikan untuk bercocok tanam jenis padi, warga malah bercocok tanam ubi dan sayur mayur untuk penghidupannya. Meski wajar mengadakan gerakan perlawanan menuntut haknya sebagai petani terhadap Pemerintah, namun hal tersebut menjadi suatu yang tidak pernah terpikirkan di benak mereka. Pasalnya, jika itu juga di lakukan akan percuma dan buang-buang waktu serta tenaga saja. "Tidak gampang mengumpulkan masyarakat untuk mengadakan gerakan seperti itu. Sedang mencukupi kebutuhan hidup saja susah apalagi untuk menggelar unjuk rasa? Untung tak dapat malah waktu terbuang percuma" ujar Humala Manurung warga Desa Malasori kepada detif.com belum lama ini.

Pantauan detif.com dilapangan, kawasan perkebunan ubi warga sekitar tampak terendam banjir. Oleh warga sekitar, banjir seperti ini hampir setiap tahunnya terjadi terlebih mendekati bulan Desember. Bahkan lanjut warga, kebanjiran dan kerugian yang di alami oleh warga sudah sering kali di ekspose ke permukaan. Namun itu tadi, semuanya hanya berupa pemberitaan yang tak kunjung mendapat perhatian Pemerintah. Puluhan hektare lahan ubi warga di RT.001 RW 001 tampak bagai danau oleh banjir Sungai Belutu. Banjir kiriman dari dolok masihul ini meluluhlantakkan perkebunan ubi warga Desa Malasori. Ubi yang siap panen tersebut pun berubah menjadi tapai busuk yang tidak bisa di manfaat.

Dari peristiwa banjir lahan ini, tidak sedikit pula warga yang terserang penyakit stress berat. Mengapa tidak, puluhan juta hasil panen ubi yang telah direncanakan dapat membantu dana pendidikan anak malah tinggal angan-angan. Terlebih lagi uang pupuk dan obat-obatan yang belum terbayarkan ke koperasi kelompok tani ditambah untuk makan sehari-hari, oh dunia, ujar Muller Simanjuntak korban banjir lahan ubi siap panen. (detif.com/Juniper Manurung)
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Posmetro Prabu 2010 -2011 | Design by Posmetro Prabu | Published by