KARIMUN, detif.com - Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini. Kopi dengan rasanya yang khas bisa membuat orang terhanyut jika menikmatinya. Rasa ngantuk akibat lelah bekerja seharian pun bisa kembali segar ketika meminum si hitam manis ini.
Berbicara tentang kedai kopi. Di Karimun kata warung kopi tentunya tidak asing bagi warganya. Karena pada umumnya kota kecil ini mulai dari pintu masuk hingga ujung kotanya di Meral sana di penuhi deretan warung kopi. Ratusan bahkan ribuan warung kopi di pinggiran jalan akan terlihat manakala kita menelusuri jalanan Bumi Karimun berazam baik di perkotaan hingga pemukiman penduduk ada saja kedai kopi yang terlihat. Tak ayal warung kopi pun terkadang jadi pilihan pertemuan untuk bersilaturahmi bagi masyarakatnya. Tak hanya itu, warung kopi tak jarang pula dijadikan untuk pertemuan formal maupun urusan bisnis kelas atas. Pasalnya tradisi minum kopi di warung memang sudah ada sejak dari dulu dan hingga sekarang tradisi tersebut masih tetap di pertahankan.
Walau pemahaman masyarakat terhadap orang minum kopi di warung-warung diasumsikan sebagai orang pemalas atau budaya malas, namun kini tradisi minum kopi tersebut tidak lagi bahkan kini tradisi minum kopi di warung sudah menjadi tren tersendiri bagi sejumlah kalangan. Percaya tidak? PNS dilingkungan Pemkab Karimun Sendiri tidak sedikit yang menerima surat peringatan akibat telat masuk kantor saking asiknya di warung kopi. Terlepas kontroversi pemahaman tersebut, realitanya warung kopi sekarang banyak digunakan sebagai tempat untuk menghilangkan rasa kesuntukan ataupun dijadikan tempat positif lainnya. Di Karimun, budaya minum kopi di warung-warung sudah turun temurun dari zaman dulu bahkan tradisi seperti ini bisa dikatakan sudah mendarah daging bagi masyarakatnya.
Orang nomor satu di Karimun saja terkadang memanfaatkan kedai kopi untuk bersilaturahmi dengan masyarakatnya. Meski waktunya sangat singkat, Bupati Karimun terkadang memanfaatkannya untuk mengunjungi warganya seusai sholat subuh di warung kopi pilihannya itu. Mengintip aktivitas Bupati Karimun bersilaturahmi dengan warganya di warung kopi menjadi sebuah indikasi bahwa peran warung kopi bisa dipergunakan untuk berbagai macam hal baik. Paling tidak membuang jauh-jauh persefsi negatif duduk di warung kopi. Karna pada perinsipnya, warung kopi selain bisa dijadikan tempat bersilaturahmi belakangan ini masyarakat juga banyak memanfaatkannya jadi tempat perundingan (86-red) baik politik, kasus dan lain sebagainya.
Mengulas informasi di kedai kopi memang tidak ada habisnya walau kemudian berujung dengan diskusi yang ngelantur, dari politik bisa pindah ke pembahasan korupsi, Kriminal hingga merek celana dan sepatu yang di beli kemarin sore di pasar seken puakang. Cerita pun akan semakin panjang manakala rekan sesama penggemar berat kopi punya informasi tersendiri untuk kemudian dibahas secara bersama. Akan semakin seru pula ketika pemilik warung mengipas atau sedikit memanaskan suasana diskusi dengan kicauan atau komentarnya terhadap topik diskusi. Waktu pun tidak terasa sudah menunjukkan pukul 15 sore sementara dari tadi pagi pencarian belum "pecah telur"
Tak jarang piring atau gelas jadi incaran dan dibanting oleh pengunjung yang emosi ketika diskusi sudah mulai memanas. Kalau sudah capek, diskusi-pun usai, pengunjung siap-siap merogoh kocek buat membayar makanan dan minuman yang sudah disantap, plus ganti-rugi atas pecah-belah yang dikorbankannya. Setelah itu pulang kerumah masing-masing untuk istirahat. Besoknya setelah selesai bekerja atau beraktifitas, diskusi dilanjutkan lagi dengan topik yang sudah dipersiapkan oleh masing-masing pengunjung. Begitulah seterusnya dari hari ke hari cerita di kedai kopi. (Jun M)
0 komentar:
Posting Komentar